Nov 20, 2025 /

Mengatasi Tingginya Pengangguran di Kalangan Generasi Z

Loading

BEKASI – Generasi Z, khususnya yang berusia 15-24 tahun, menghadapi tantangan besar terkait pengangguran. Hal ini terutama disebabkan oleh ketidaksesuaian antara sistem pendidikan dan permintaan tenaga kerja. Prof. Omas Bulan Samosir, Ph.D., Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), menjelaskan bahwa pasar tenaga kerja berkembang lebih cepat dibandingkan dengan kapasitas input tenaga kerja.

Lembaga pendidikan seharusnya membekali angkatan kerja dengan pengetahuan yang sesuai, tetapi seringkali tertinggal dalam merespons kebutuhan pasar. Kurikulum yang dirancang mungkin tidak selalu diperbarui sesuai perkembangan industri. “Pengangguran berarti tidak berproduksi. Angkatan kerja yang menganggur sekarang akan menjadi beban besar di masa depan. Akibatnya, Indonesia Emas berisiko tidak tercapai jika terdapat satu generasi yang menjadi sumbat pembangunan,” ujar Prof. Omas.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi antara institusi pendidikan, pelatihan vokasional, tenaga kerja, dan pemerintah. Etos kerja juga harus dibangun untuk memastikan tenaga kerja siap menghadapi dinamika pasar kerja. Selain itu, institusi pendidikan perlu memperbarui kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan industri.

Peran Proaktif Tenaga Kerja dan Pemerintah

Tenaga kerja harus proaktif dalam meningkatkan keterampilan mereka. Di sisi lain, pemerintah harus berperan dalam mengembangkan kebijakan yang mendukung dunia pendidikan, seperti memperbarui kurikulum. Menurut Prof. Omas, pendidikan formal saja tidak cukup. Sertifikasi vokasional dan pelatihan tambahan sangat diperlukan untuk melengkapi kompetensi lulusan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menyadari pentingnya sertifikat vokasional sebagai bagian dari human capital yang dimiliki oleh pencari kerja. “Semakin banyak sertifikat yang dimiliki seorang pelamar kerja, semakin baik peluang mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berubah,” jelas Prof. Omas.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk formal dari pendidikan vokasi. Dunia pendidikan masih membutuhkan keahlian vokasional melalui sekolah kejuruan untuk menghasilkan angkatan kerja yang kompeten. Hal ini bisa dilakukan dengan memperluas koneksi langsung antara SMK dan dunia industri sehingga dapat terlibat dalam membangun kurikulum SMK secara berkala.

Baca Juga  Kenal Pamit Kapolsek | Kompol Sutirto Digantikan Kompol Wuryanti Pimpin Polsek Tambun Selatan

[nextpage title=”PENDIDIKAN DAN INDUSTRI”]

Sinergi Antara Dunia Pendidikan dan Industri

Prof. Omas menekankan pentingnya kerjasama langsung antara industri dan sekolah kejuruan. Contohnya adalah industri sepeda BMW di Jerman yang bekerja sama dengan sekolah kejuruan untuk memproduksi spare part sepeda BMW. Industri melatih siswa kejuruan untuk membuatnya dan menawarkan harga pasar, sehingga siswa langsung mendapat gaji. Namun, Indonesia belum melaksanakan kerjasama seperti ini, dan dunia pendidikan vokasi kita masih jauh dari dunia manufaktur atau industri.

“Saat ini, dunia pendidikan vokasi kita masih sangat jauh dari dunia manufaktur atau industri. Seharusnya industri dapat langsung bekerja sama dengan sekolah kejuruan dalam membuat produk atau sebagai manufaktur spare part dari industrinya,” jelas Prof. Omas.

Langkah-Langkah Menghadapi Tantangan

Untuk menghadapi tantangan pengangguran di kalangan Generasi Z, Prof. Omas menyarankan beberapa langkah:

  1. Memperbarui Kurikulum: Institusi pendidikan harus terus memperbarui kurikulum agar relevan dengan kebutuhan industri.
  2. Sertifikasi dan Pelatihan Tambahan: Penting bagi lulusan untuk memiliki sertifikasi vokasional dan mengikuti pelatihan tambahan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
  3. Kolaborasi dengan Industri: Institusi pendidikan dan industri harus bekerja sama dalam merancang kurikulum dan menyediakan pelatihan praktis.
  4. Kebijakan Pemerintah: Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung pendidikan vokasional dan memfasilitasi kerjasama antara pendidikan dan industri.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan tingkat pengangguran di kalangan Generasi Z dapat ditekan, dan mereka bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.

VIA : UI.AC.ID

MM

#Design #Drawing #Develope #Drone

POPULER

TERBARU

dprd single

© 2024 BEKASIVOICE.COM

pop up2025