Nov 20, 2025 /

Tentang Cinta yang Tidak Pernah Minta Dikenang

Loading

Tentang Cinta yang Tidak Pernah Minta Dikenang

Oleh : Taufik Rahman

BEKASIVOICE.COM | Tanggal 12 November mungkin lewat begitu saja bagi sebagian orang. Tidak ada spanduk besar di jalan, tidak ada ucapan ramai di media sosial seperti saat Hari Ibu. Tapi bagi mereka yang mau berhenti sejenak dan menatap lebih dalam, hari ini menyimpan makna yang luar biasa Hari Ayah Nasional, hari untuk mengingat sosok yang sering diam dalam perjuangan, tapi selalu ada dalam setiap langkah kehidupan kita.

Ayah. Satu kata yang sederhana, tapi di baliknya tersimpan kekuatan yang luar biasa. Ia tidak banyak bicara, tapi setiap tindakannya adalah bukti kasih. Ia tidak selalu hadir dengan pelukan atau kata manis, tapi cintanya tak pernah absen dari hidup anak-anaknya.

Ayah, Sosok yang Sering Terlupakan Tapi Tak Pernah Menyerah

Ketika kita kecil, ayah mungkin tidak selalu di rumah. Ia sibuk bekerja, pulang larut malam dengan tubuh lelah. Kita jarang tahu seperti apa kerasnya dunia yang ia hadapi di luar sana. Tapi yang pasti, setiap langkahnya adalah tentang satu hal: keluarga.

Tentang memastikan bahwa anak-anaknya tidak kekurangan, bahwa rumah tetap berdiri hangat, bahwa masa depan tetap bisa diimpikan.

Ayah sering disalahpahami terlihat keras, tegas, bahkan dingin. Tapi sesungguhnya, itu adalah bentuk cintanya yang berbeda, ia menegur bukan karena benci, tapi karena ingin melindungi, ia mendisiplinkan bukan karena marah, tapi karena ingin kita tumbuh lebih kuat daripada dirinya.

Ia tahu, suatu saat nanti dunia tidak akan selalu lembut pada anak-anaknya. Maka ia menyiapkan mereka, dengan caranya sendiri.

 

Ayah, Pahlawan yang Tak Pernah Minta Dikenal

Ia menahan lelah, menelan kecewa, bahkan kadang mengorbankan mimpinya sendiri agar anak-anaknya bisa mencapai mimpi mereka.

Baca Juga  Kajari Dwi Astuti Beniyati Lantik Samuel, S.H. Jadi Kasi Intel Kejari Kabupaten Bekasi

Ayah tidak pernah meminta dipuji, ia tidak pernah menuntut hari khusus untuk dirayakan, ia hanya berharap, anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bahagia itu sudah cukup baginya.

 

Cinta yang Tak Pernah Terucap

Ada cinta yang berbunyi lembut seperti lagu cinta seorang ibu, dan ada cinta yang sunyi, tapi begitu dalam cinta seorang ayah.

Cinta seorang ayah sering kali sunyi, ia bukan tentang kata-kata lembut, tapi tentang tindakan yang nyata, tentang sepeda pertama yang ia beli meski gajinya pas-pasan, tentang sepatu sekolah baru yang tiba-tiba ada, padahal ia sendiri menunda membeli baju baru dan tentang punggung yang lelah tapi tetap tegak, karena di rumah ada keluarga yang menunggu.

Mungkin kita jarang mengucap “Terima kasih, Ayah.”

 

Ia tidak berkata “aku sayang kamu” setiap hari, tapi ia bangun pagi-pagi, menyiapkan segalanya, dan kembali dengan senyum lelah setiap malam. Itulah cara ayah mencintai diam, tapi nyata. Sederhana, tapi tulus.

Mungkin kita sering lupa bahwa di balik setiap keberhasilan kita, ada doa yang terucap lirih dari seorang ayah di sudut malam, ia tidak menangis ketika terluka, tapi hatinya hancur ketika anaknya sedih.

Ia tidak meminta balas budi, tapi diam-diam selalu berharap anaknya Bahagia, cinta ayah tidak menuntut untuk dikenang tapi pantas selalu dihargai.

 

Ayah dan Perjuangan yang Tak Pernah Usai

Wajahnya mungkin kini mulai keriput, langkahnya tidak lagi sekuat dulu. Tapi semangatnya? Tetap sama menjaga, melindungi, dan mencintai dalam diam.

Ia menanggung beban yang tidak kita lihat, ia tersenyum agar kita tidak khawatir, bahkan ketika hidup begitu berat baginya.

Bagi banyak ayah, menjadi kuat bukan pilihan, melainkan kewajiban. Ia harus kokoh saat keluarga rapuh, harus tersenyum meski hatinya gundah, harus yakin meski tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Dan dari semua itu, kita belajar bahwa cinta tidak selalu perlu kata kadang cukup pengorbanan.

Baca Juga  Diskusi Bulanan Pemuda ICMI Kota Bekasi: Mengulas Perkembangan Pemerintahan Kota Bekasi Dari Masa Ke Masa

 

Untukmu, Ayah

Hari ini, 12 November, mungkin hanyalah tanggal biasa bagi dunia. Tapi bagi kami, ini adalah hari untuk menatap wajahmu, wajah yang mulai menua tapi selalu tegar.

 

Terima kasih, Ayah.

Terima kasih untuk setiap peluh yang jatuh, untuk setiap langkah yang kau ambil demi kami.

Maaf jika kami jarang berkata terima kasih, jarang memelukmu, jarang bertanya apakah kau baik-baik saja.

Engkau tidak pernah meminta dikenang. Tapi biarlah hari ini, kami mengingatmu, menghargai setiap diam yang penuh makna, setiap pengorbanan yang tanpa pamrih, setiap cinta yang tanpa kata. Karena kami tahu di balik segala kesederhanaanmu, kau adalah pahlawan sejati dalam hidup kami.

 

Sebagai Penutup

Hari Ayah Nasional bukan sekadar perayaan, tapi pengingat, pengingat bahwa cinta ayah sering tersembunyi dalam kesunyian, tapi terasa dalam kehadiran, pengingat bahwa di balik setiap tawa anak, ada ayah yang menahan letihnya.

Dan pengingat bahwa tidak ada kata “terlambat” untuk mengatakan:

“Terima kasih, Ayah… untuk segala yang kau beri, bahkan ketika kami belum sempat memintanya.”

Terima Kasih untukmu laki-laki yang memilih menjadi pelindung, pejuang, dan sumber keteguhan di dalam keluarga dan engkau mungkin tidak selalu dikenang dunia, tapi akan selalu hidup di hati orang-orang yang mencintaimu.

Redaksi

POPULER

TERBARU

dprd single

© 2024 BEKASIVOICE.COM

pop up2025