Ramadhan Bukan Sekedar Trend!
Oleh : Aboy Maulana Ketua IKPM Gontor Kab. Bekasi
BEKASIVOICE.COM | BULAN Ramadhan merupakan bulan yang terasa lain. Dari paradigma agama, ramadan merupakan bulan yang teramat istimewa. Bulan yang memiliki banyak keutamaan dengan berbagai amalan yang berbalas pahala berlipat ganda. Bulan yang merupakan sarana bagi orang beriman untuk menaikan level kehambaannya sebagai orang yang bertakwa.
Sementara dari sudut lain, semisal sudut sosial, ekonomi sampai politik merupakan bulan yang memiliki keunikan tersendiri. Dari sudut sosial, kita tidak akan susah menemukan orang yang baik dan dermawan. Kepekaan sosial begitu meningkat, orang berlomba-lomba berinfak, bersedekah dan berzakat.
Ramadan dari sisi ekonomi adalah sudut kehidupan yang terlihat begitu kentara. Sebut saja harga beberapa kebutuhan pokok yang meroket dan daya beli yang meningkat. Itu adalah salah satu contoh fenomena dan keunikan yang terjadi di Bulan Ramadan. Tidak ketinggalan dunia politik pun merayakan uporia ramadan dengan cara dan ciri khas tersendiri. Ucapan selamat menjalankan ibadah puasa, sapari politik ramadan, buka bersama, penggalangan dana dan pemberian santunan bagi yatim dan du’afa. Semua merupakan contoh yang sering kita dengar dan kita saksikan.
Selain itu, lihatlah tayangan televisi yang menyajikan acara berbau religi. Porsi acara religi pada bulan ini memiliki porsi lebih dibanding hari biasanya. Kuliah subuh, kultum, ceramah, hiburan islami adalah beberapa contohnya. Tidak ketinggalan pengisi acara pun mengenakan busana yang cocok dengan bulan yang penuh berkah ini. Dalam siaran tertentu yang melibatkan penonton secara live, mereka didandani dengan busana islami. Kata dan tutur sapa pun dipoles agar tidak keluar dari kosa kata sekitar bulan Ramadan. Suasana ini akan berlangsung sebulan penuh sampai ramadan benar-benar berlalu.
Namun, ketika ramadan berakhir dan berganti bulan baru semua pun berubah. Tayangan kembali pada tayangan yang biasa dipertontonkan. Nuansa ramadan hilang dan tidak membekas apa pun. Ya, semua hanya untuk menghias dan mengisi acara sebulan. Semua hanya sebagai trend kekinian sekadar menyesuaikan suasana. Begitupun dalam dalam ranah sosial dan politik. Semua tidak jauh beda dengan hari biasa. Ini adalah realitas yang patut diterima bahwa ramadan hanya sekadar trend. Ya, inilah ramadan zaman now.
Realitas ini seakan mengingatkan kita pada sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah, “Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat (tarawih/malam) yang tidak mendapatkan apa-apa dari salatnya melainkan hanya begadang.” (HR. Ibnu Majah).
Bulan Ramadan merupakan bulan yang suci yang bukan hanya pantas dihormati. Akan tetapi jauh dari sekadar dihormati. Seyogyanya seorang muslim mampu memahami apa yang menjadi tujuan utama dari bulan ini. Memaknai ramadan sebagai sarana penggodogan diri, latihan pembiasaan yang baik dalam berakhlak baik dan tempat dimana manusia berusaha untuk memperbaiki kualitas dirinya. Itulah tujuan hakiki dari adanya ramadan dengan puasa sebagai ibadah yang penting bagi manusia. Dengan kata lain, bahwa ramadan bukan sekadar trend akan tetapi kebutuhan bagi manusia. Allah SWT tidak butuh puasanya manusia, tetapi manusia membutuhkan puasa itu sendiri.
Beribadah dengan tekun penuh semangat dan senantiasa imaanan wahtisaban (berdasarkan keimanan dan hanya mengharap rida Allah SWT) sejatinya harus dilakukan bukan hanya di bulan ramadan. Berbusana islami sesuai tuntunan syariat agama bukanlah hal yang harus dilakukan secara temporer atau di bulan Ramadan saja. Beritikad, berniat, bertutur, dan berperilaku baik bagi muslim yang manapun (berpartai ataupun tidak) adalah kontrak seumur hidup manusia dengan Allah dan manusia dengan sesama. Berpolitik secara benar dan santun adalah rules bagi setiap politikus muslim dan dilakukan bukan hanya di bulan Ramadan saja. **** Wallahu A’lam